Suatu Renungan untuk Mereka yang Pernak Berniat Menyerah
Menulis adalah sebuah perjalan jauh yang kerap kali dirasakan sepi. Menurut pendapat saya, menulis tidak hanya berarti menyusun kalimat, melainkan juga menjadi suatu proses:
Pengembangan diri mental yang terpenting adalah dengan mengimplementasikan prinsip “hidup itu untuk berbagi”.
Saya menuangkan pemikiran ke dalam tulisan karena menginginkan pembagian ide, serta yakin bahwa pengetahuan dan cerita pribadi hendaknya tidak dipendam sendirian.
Tetapi, ada sebuah fakta yang tak dapat saya tolak bahwa sesekali, perasaan keinginan untuk menghentikan tulisan muncul dengan sendirinya.
Saya menemukan bahwa beberapa artikel didasarkan pada teori, dipadati dengan data serta analisa, dan telah dibaca oleh ribuan pembaca. Di sisi lain, penulisanku cenderung lebih dikenal oleh teman-teman baikku, atau mereka yang sebenarnya sudah familiar denganku. Bolehkah dikatakan ini merupakan suatu kekalahan?
Mungkinkah karya saya belum mendapat perhatian dari pembaca yang lebih luas? Aku tak cemburu pada teman-temanku di APKOMJOGJA yang tulisannya populer, malah aku menggunakannya sebagai bahan untuk refleksi pribadi.
Namun, apakah hal itu berarti saya perlu mengakhiri semuanya?
Bila ada di antara kalian yang pernah merasakan hal serupa dengan pengalamanku, saat merasa letih dan hampir putus asa dalam bidang penulisan, aku mau mengundang semua teman-temanku untuk berpikir sebentar.
Mengapa Kita Menulis?
Tiap penulis punya sebab tersendiri kenapa mereka menuangkan kata-kata di atas kertas. Beberapa lakukan hal ini demi meraih pendapatan, sementara lainnya bertujuan menyuarakan pemikiran pribadi kepada publik. Tak sedikit juga yang terdorong membuat sebuah karya seni tulis, serta tidak bisa dipungkiri bahwa banyak penulis menjadikan aktivitas nulis sebagai elemen penting dalam kehidupannya sendiri-sendiri. Pastinya tiap individu bebas menentukan jalur apa saja yang akan ditempuh selama proses pencarian diri tersebut.
Bagi saya, menulis adalah:
1. Mental Self-Care
Menulis merupakan sebuah terapi. Ketika aku memindahkan ide-ideku kedalam kalimat, sebenarnya aku tengah merawat diriku sendiri. Tiap narasi yang ku ungkapkan, tiap petualangan yang kuk bagikan, menjadi metodeku untuk berinteraksi dengan dunia serta merekonstruksi pemikiranku.
2. Self-Improvement
Menulis merupakan cara bagi saya untuk tumbuh dan berkembangan. Setiap kata yang saya tulis mencerminkan perkembangan diri saya, entah itu dalam hal pemikiran atau penghayatan hidup. Mungkin saja belum menjadi penulis hebat, namun setidaknya saya adalah seseorang yang selalu belajar dan maju terus.
3. Hidup Itu Untuk Berbagi
Saya yakin bahwa kehidupan tidak terbatas pada aspek individu saja. Segala hal yang saya lewati—entah itu kesulitan, pertarungan, kegembiraan, atau pelajaran bijak yang didapat melalui pengalamankucoba dibagi dengan orang lain. Menulis adalah cara bagi saya untuk menyebarkannya.
Tetapi, seluruh alasannya itu sering kali kelihatan tak begitu meyakinkan saat saya memandangi statistik yang menyedihkan. Saat sebuat esai yang kususun dengan penuh perasaan cuma dilihat oleh segenggam pembaca saja, aku meragukan diriku sendiri: bisakah jemputanku sesungguhnya tanpa arti?
Saat Jumlah Penggemar Buku di Bawah Ekspektasi
Di bidang penulisan, ada suatu kebenaran yang perlu kita akui: tak seluruh karya tulis bakal dirasakan oleh ribuan orang. Hal ini merupakan halangan yang kerap kali menyakitkan namun dapat berfungsi sebagai pemicu untuk merubah pandangan kita tentang makna dari proses menulis itu sendiri.
Karya Tulis Berarti Tak Semua Viral
Bukan seluruh karya penulisan yang menjadi perbincangan publik memiliki makna, begitu juga sebaliknya; bukan semua karya dengan pesan mendalam jadi sorotan umum. Terdapat banyak esai atau artikel yang sarat ilmu pengetahuan serta pemikiran dalam-dalam, namun cuma diketahui oleh segenggam pembaca saja. Namun, hal tersebutkah yang menentukan nilai suatu tulisan? Tentu tidak demikian.
Mutu Lebih Utama dari Jumlah
Di sebuah dunia tempat segala sesuatunya dinilai melalui angka — seperti jumlah pengunjung, komentar, atau bagikan — kita cenderung terperosok ke dalam keyakinan bahwa nilai tersebut merupakan standar tunggal untuk kesuksesan. Namun, apabila sepotong karya penulisan kami dapat menembus perasaan seseorang serta memodifikasi perspektif mereka tentang kehidupan, bukankah hal ini memiliki makna yang sangat mendalam?
Menulis bagi Yang Membutuhkan, Tak Sekadar Untuk Yang Berlimpah
Bisa jadi tulisan kita tak diketahui banyak orang, namun mungkin ada seorang individu di suatu tempat yang sangat menginginkan apa yang telah kita tulis. Mungkin ada seseorang yang tengah berjuang melawan tantangan dalam hidup mereka, merasa frustasi, dan secara kebetulan mendapati karya penulisan kita. Hanya satu orang tersebut saja sudah cukup sebagai dorongan bagi kita agar selalu menulis.
Bagaimana Cara agar Kita Tak Mudah Berhenti?
Apabila terdapat teman sejawatan dari komunitas Penulis yang pernah menjumpai situasi serupa dengan pengalaman saya, mungkin sempat merasa ingin meninggalkan dunia tulis-menulisan, marilah kita renungi beberapa poin penting ini:
Kembali ke Niat Awal
Kenapa kita memulai kebiasaan menulis? Karena niat menjadi terkenal? Atau mungkin lebih kepada hasrat berbagi dan memberikan inspirasi? Bila sebab kita menulis adalah demi saling membantu dan berkembang bersama, maka total penggemar tidak boleh jadi fokus nomor satu.
Lanjutkan Menulis, Walaupun Hanya Untuk Dirimu Sendiri
Apabila seolah-olah dunia tak memedulikan apa yang kita tulis, mari tulislah untuk diri kita sendiri. Jadikan tulisan itu sebagai catatan perjalanan kita, izinkan ia mencerminkan perkembangan kita.
Jangan Sesuaikan Diri Anda dengan orang lain
Tiap penulis punya jalan masing-masing. Tak seluruhnya bakal jadi penulis populer, namun tiap penulis dapat jadi penulis bermakna. Hal utamanya ialah teruslah nulis dengan keaslian serta kesungguhan.
Konsentrasi Pada Efek, Bukan Hanya Angkanya
Karya kita mungkin tak akan dihargai oleh sejumlah besar pembaca, namun bila hanya seorang pun dapat memperoleh faedah daripada apa yang telah kita tulis, hal tersebut sudah mencukupi. Jangan menganggap remeh pengaruh sederhana yang bisa kita berikan pada kehidupan orang lain.
Nikmati Prosesnya
Menulis merupakan sebuah petualangan, tidak hanya sebatas akhirannya. Rasakan tiap huruf yang tercipta dari tangan kita dan masing-masing pemikiran yang kita ungkapkan. Jangan sampai koma atau titik dalam draft menghilangkan cintamu akan proses ini.
Pesan buat teman sejawat para penulis yang dulu pernah ingin menyerah
Untuk para saudara-saudari penulis, izinkanlah saya mengungkapkan: teruslan menulis. Jangan membiarkan kebisingan di luar sana menjadikan karya Anda seolah-olah tak bernilai apa-apa. Meskipun mungkin kita belum menjadi penulis ternama dengan ratusan atau bahkan ribuan penggemar, namun setidaknya kita telah menuangkan kata-kata dari dalam hati kita sendiri.
Bukankah itulah yang sesungguhnya lebih berarti?
Oleh karena itu, walaupun hanya sebagian kecil orang yang memperhatikan, dan bahkan mungkin hanya teman-teman dekat saja yang mendengarkan dengan saksama, marilah kita terus menulis. Sebab pada akhirnya, karya tulis kita dapat berubah menjadi warisan untuk generasi di kemudian hari yang tengah merenungi tujuan hidup.
Tuliskanlah, bukan dengan tujuan agar diketahui banyak pihak, melainkan karena kita yakin bahwa perkataan kita berdaya guna untuk merombak, memulihkan, serta memberi semangat.
Teruslah maju. Jangan pernah menyerah. Sebab dunia sangat memerlukan karya-karya tulis yang tumbuh dari kejujuran hati.
Oleh karena itu meskipun jumlah artikel yang telah saya tulis sudah mencapai total 7.500, saya masih akan terus menulis.
Meskipun masa jaya saya di APKOMJOGJA telah lama berlalu, pada zaman golden period dulu, setidaknya seminggu sekali selalu ada karya saya yang tampil di halaman utama. Namun semenjak pensiun dari panggung tersebut, saya merasa bersyukur jika dalam kurun waktu satu tahun bisa memiliki satu atau dua tulisan yang muncul di bagian depan.
Ini telah aku sambut sebagai sebuah bagian dari drama hidupku bahwa tidak peduli siapa kita, pada suatu saat nanti harus meninggalkan panggung.
Terima kasih banyak kepada seluruh teman-teman penulis dari APKOMJOGJA yang sudah memberikan dukungan dengan mengunjungi saya.
Salam hangat dari kedua kami
Tjiptadinata Effendi